Sedang dia melewati hari
Sedang dia membilang detik
Dia terpukul
Jasad dan nyawa berpimpin tangan
Sungguh akal telah tercicir.
Marah, kecewa, gentar, lemah
Bahang mengairi benak hatinya
Wajahnya kosong tidak mungkin dibaca
Sendirian dia meronta
Andai rebah tewas
Andai gagah Alhamdulillah.
Tidak keruan
Dia arif dia terganggu
Dia mencari kesayangannya
Dia mengingati kasihnya
Dia kepingin azimat darinya
Aneh dia tidak menyuarakannya
Sketsa apakah ini
Berapa episodnya sinetron ini
Dia 'peminat setia' yang hanyut
Dahagakan akhir yang sempurna
Meski nyata tidak memihaknya.
"Khusus buat Dia, berpijaklah di bumi asli. Tiada yang akan lari jika tidak dikejar. Setiap lara bahagia, berpeta di telapak usaha sendiri. Kaulah punca, sebab dan alasannya. Telunjuk ke wajahmu. Menuding bukan penyelesaiannya."
Saturday, August 9, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment